Minggu, 30 Maret 2014

PSIKOTERAPI
Definisi
Psikoterapi seperti halnya konseling , pada dasarnya terapi berbasis bicara yang bertumpu pada kontak psikologis , teori dan teknik. Psikoterapi menangani masalah kedalaman bawah sadar , perilaku dan kepribadian yang berkepanjangan , serta pola – pola klien, ketimbang berfokus pada pemecahan secara superfisial gejala – gejala yang tampak. Psikoterapi terkait dengan perubahan kepribadian yang radikal dan jauh mendalam , yang mungkin lebih kuat daripada perubahan sementara yang simptomatik yang disebabkan oleh konseling.
Psikoterapi , awalnya terkaiterat  dengan profisi medis, menangani psikopatologi klien secara serius , pola – pola tekanan psikologis yang berurat berakar , biasanya dianggap berasal dari hubungan yang sangat awal pada masa anak – anak dan bagian dari dorongan dalam diri . psikoterapi menawarkan harapan untuk membuat perbedaan nyata pada kehidupan beberapa orang yang mengalami gangguan atau bahkan kerusakan jiwa yang tidak bisa mendapatkan manfaat terkait krisis yang berfokus pada gejala.
Psikoterapi membutuhkan komitmen waktu yang substansial kada –kadang menuntut pasien untuk hadir beberapa kali minggu selama beberapa tahun.
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang diandalkan pada pasien psikiatri disamping terapi fisik. Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun  pemasaran.
            Dalam praktek, psikoterapi dilakukan dengan percakapan dan observasi. Percakapan dengan seseorang dapat mengubah pandangan, keyakinan serta perilakunya secara mendalam, dan hal ini sering tidak kita sadari. Beberapa contohnya, antara lain seorang penakut, dapat berubah menjadi berani, atau, dua orang yang saling bermusuhan satu sama lain, kemudian dapat menjadi saling bermaafan, atau, seseorang yang sedih dapat menjadi gembira setelah menjalani percakapan dengan seseorang yang dipercayainya. Bila kita amati contoh-contoh itu, akan timbul pertanyaan, apakah sebenarnya yang telah dilakukan terhadap mereka sehingga dapat terjadi perubahan tersebut?  Pada hakekatnya, yang dilakukan ialah pembujukan atau persuasi. Caranya dapat bermacam-macam, antara lain dengan memberi nasehat, memberi contoh, memberikan pengertian, melakukan otoritas untuk mengajarkan sesuatu, memacu imajinasi, melatih, dsb.  Pembujukan ini dapat efektif asal dilakukan pada saat yang tepat, dengan cara yang tepat, oleh orang yang mempunyai cukup pengalaman.  Pada prinsipnya pembujukan ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bidang, dan dapat dilakukan oleh banyak orang.

            Dalam dunia kedokteran, komunikasi antara dokter dengan pasien merupakan hal yang penting oleh karena percakapan atau pembicaraan merupakan hal yang selalu terjadi diantara mereka. Komunikasi berlangsung dari saat perjumpaan pertama, yaitu sewaktu diagnosis belum ditegakkan hingga saat akhir pemberian terapi. Apa pun hasil pengobatan, berhasil atau pun tidak, dokter akan mengkomunikasikannya dengan pasien atau keluarganya; hal itu pun dilakukan melalui pembicaraan. Dalam keseluruhan proses tatalaksana pasien, hubungan dokter-pasien merupakan hal yang penting dan sangat menentukan, dan untuk dapat membentuk dan membina hubungan dokter-pasien  tersebut, seorang dokter dapat mempelajarinya melalui prinsip-prinsip psikoterapi.
            Sejak berabad yang lalu, para ahli telah menyadari bahwa psikoterapi berperan penting pada penyembuhan gangguan-gangguan pikiran dan perasaan, dan dokter berperan penting dalam hal itu (A healer is a person to whom a sufferer tells things; and out of his or her listening, the healer develops the basis for therapeutic interventions. The good listener is the best physician for those who are ill in thought and feeling).  Oleh karena itu dahulu psikoterapi sering disebut sebagai the talking cure. Psikoterapi diterima sebagai ilmu dan ketrampilan tersendiri, sebagai pengembangan lebih lanjut dari prinsip-prinsip the talking cure tersebut, oleh karena terdiri atas teknik-teknik dan metode khusus yang dapat diajarkan dan dipelajari.       
Secara non spesifik, psikoterapi dapat menambah efektivitas terapi lain; sebagai suatu yang spesifik atau khusus, sebagaimana telah disebutkan di atas, psikoterapi merupakan rangkaian teknik yang digunakan untuk mengubah perilaku (catatan: teknik merupakan rangkaian tindakan yang dibakukan untuk mendapatkan perubahan tertentu, bukan urutan perubahan alamiah, sehingga harus dilatih untuk mencapai ketrampilan optimal).
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN PSIKOTERAPI ?
            Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Antara lain yaitu bahwa psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu bahwa psikoterapi adalah cara-cara atau pendekatan yang menggunakan teknik-teknik psikologik untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental.
            Psikoterapi disebut sebagai pengobatan, karena merupakan suatu bentuk intervensi, dengan berbagai macam cara dan metode - yang bersifat psikologik - untuk tujuan yang telah disebutkan di atas, sehingga psikoterapi merupakan salah satu bentuk terapi atau pengobatan disamping bentuk-bentuk lainnya dalam ilmu kedokteran jiwa khususnya, dan ilmu kedokteran pada umumnya.  
            Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, talking cures telah digunakan orang sejak berabad yang lalu. Misalnya, Soranus dari Ephesus, seorang dokter pada abad pertama Masehi, menggunakan percakapan atau pembicaraan untuk pasien-pasiennya dan mengubah ide-ide yang irasional dari pasien depresi. Kini, dalam terapi kognitif (salah satu jenis psikoterapi), terapis menelusuri cara berpikir yang irasional pada pasien-pasien depresi dan membimbing mereka agar kemudian dapat mengatasinya sendiri.
            Bermula dari Sigmund Freud, pada akhir abad ke-sembilanbelas, yang memaparkan teori psikoanalisisnya, psikoterapi kian berkembang hingga kini. Teknik dan metode yang dicetuskan oleh Freud dapat dikatakan merupakan dasar dari psikoterapi, yang tampaknya, dalam praktek sehari-hari masih tetap digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang dianut atau menjadi landasan atau pegangan bagi seseorang yang melakukan psikoterapi .
PRINSIP-PRINSIP UMUM  PSIKOTERAPI
            Seperti telah disebutkan, psikoterapi dilakukan dengan cara percakapan atau wawancara (interview). Dalam suatu wawancara, tidak dapat dipisahkan antara sifat terapeutik dan penegakan diagnosis. Biasanya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengandung kedua aspek tersebut, yaitu untuk mengoptimalkan hubungan interpersonal dengan pasien (sifat terapeutik), dan untuk melengkapi data dalam usaha menegakkan diagnosis. Dalam melakukan psikoterapi, wawancara harus lebih mengutamakan aspek terapeutiknya; data yang diperlukan akan berangsur terkumpul dengan kian membaiknya hubungan interpersonal yang terjalin antara dokter dengan pasiennya, sehingga berartinya suatu wawancara tergantung dari sifat hubungan terapis dengan pasiennya tersebut.
            Dalam melakukan wawancara, hendaknya kita juga melakukan observasi secara menyeluruh dengan teliti. Sambil mengajukan pertanyaan, kita juga mengamati dan turut serta (sebagai participant observer) dalam proses yang sedang berlangsung pada saat dan situasi tersebut (“the here and now”). Yang kita amati  yaitu : (1). apa yang terjadi pada pasien, (2). apa yang terjadi pada pewawancara atau terapis sendiri, serta (3). apa yang terjadi di antara terapis dan pasiennya. Dalam berhadapan dengan pasien, dokter atau terapis mempengaruhi pasien dengan sikap dan perkataannya, dari menit ke menit, saat ke saat. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan sebetulnya bukan hanya (a).apa yang kita bicarakan, tetapi juga (b). bagaimana cara kita melakukannya, (c). kapan (saat atau waktu yang tepat) kita mengungkapkan hal tertentu yang ingin kita sampaikan, serta (d).bagaimana hubungan antara si penolong (dokter atau terapis) dan yang ditolong (pasien) tersebut. Hal-hal tersebut dapat membuat pasien menjadi lebih tenang atau sebaliknya menjadi tegang, lebih terbuka atau tertutup, lebih percaya atau pun curiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa selalu ada pengaruh terapeutik maupun kontraterapeutik, dan tidak pernah netral  sama sekali, karena setiap orang mempunyai latar belakang kepribadian dan pengalaman hidup yang berbeda-beda, yang mempengaruhi cara pandang, cara berpikir dan menghayati segala sesuatu.
            Hal yang sebaliknya juga perlu diingat, bahwa wawancara bukan hanya menghasilkan pengaruh dokter atau terapis atas pasien, namun juga pengaruh pasien terhadap dokternya. Sang dokter, sadar atau tidak, akan terpengaruh oleh  sikap  dan  perkataan pasien, yang akan tercermin dalam sikap, perasaan dan  perilakunya sendiri.  Dipacu oleh sikap dan perilaku pasien terhadapnya (ditambah lagi dengan kehidupan fantasinya sendiri),  dokter atau terapis  dapat  menjadi  tenang,  tegang,  santai, kuatir, terbuka, tertutup, bosan, sedih, kesal, malu, terangsang, dll.; perasaan-perasaan  tersebut  turut  menentukan  apa  yang dikatakannya  kepada pasien (atau tidak dikatakannya)  dan  bagaimana ia mengatakannya.  Untuk  dapat  mengatasi  hal  ini seorang dokter atau terapis perlu belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktifnya tersebut, agar ucapan-ucapan dan sikapnya terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan profesional dan sedikit mungkin  tercampur  dengan  unsur-unsur  yang  berasal dari respons emosional subyektifnya sendiri.
            Agar tujuan terapeutik tercapai, hendaknya senantiasa diusahakan agar dokter dapat menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dan pasien.   Dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien, senantiasa harus dipertimbangkan bilamana dan bagaimana kita akan menanyakan hal tersebut. Bila konteksnya kurang tepat, misalnya, pasien justru dapat merasa tersinggung atau dipermalukan oleh pertanyaan kita (nyata atau tidak nyata), pasien mungkin akan menolak atau menyangkal, atau akan membuat-buat jawabannya.
JENIS-JENIS PSIKOTERAPI
a. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi dibedakan atas:
1 Psikoterapi Suportif:
Tujuan:
- Mendukung funksi-funksi ego, atau memperkuat mekanisme defensi yang ada
- Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik.
- Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok.
Psikoterapi Reedukatif:
Tujuan:
Mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan.
Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.
3. Psikoterapi Rekonstruktif:
Tujuan :
Dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang.
Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik.

b. Menurut “dalamnya”, psikoterapi terdiri atas: 
1. ”superfisial”, yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada “permukaan”, yang tidak menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi yangdirepresi.
2. “mendalam” (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang tersimpan dalam alam nirsadar atau materi yang direpresi.

c. Menurut teknik yang terutama digunakan, psikoterapi dibagi menurut teknik perubahan yang digunakan, antara lain psikoterapi ventilatif, sugestif, katarsis, ekspresif, operant conditioning, modeling, asosiasi bebas, interpretatif, dll.

d. Menurut konsep teoretis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi dapat dibedakan menjadi: psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental-emosional dianggap teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi); psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi sambungan kognitif automatis yang “keliru”; dan psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa ingatan, keinginan, dorongan, ketakutan, dll. yang nirsadar ke dalam kesadaran). Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori belajar, sedangkan psikoterapi dinamik berdasar pada konsep-konsep psikoanalitik Freud dan pasca-Freud.

e. Menurut setting-nya, psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan kelompok (terdiri atas terapi marital/pasangan, terapi keluarga, terapi kelompok)
Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem di antara pasangan, misalnya komunikasi, persepsi,dll. Terapi keluarga, dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa, akan mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan sebaliknya, keadaan keluarga akan mempengaruhi gangguan serta prognosis pasien. Untuk itu seluruh anggota keluarga diwajibkan hadir pada setiap sesi terapi. Terapi kelompok, dilakukan terhadap sekelompok pasien (misalnya enam atau delapan orang), oleh satu atau dua orang terapis. Metode dan caranya bervariasi; ada yang suportif dan bersifat edukasi, ada yang interpretatif dan analitik. Kelompok ini dapat terdiri atas pasien-pasien dengan gangguan yang berbeda, atau dengan problem yang sama, misalnya gangguan makan, penyalahgunaan zat, dll. Diharapkan mereka dapat saling memberikan dukungan dan harapan serta dapat belajar tentang cara baru mengatasi problem yang dihadapi.

f.  Menurut nama pembuat teori atau perintis metode psikoterapeutiknya, psikoterapi dibagi menjadi psikoanalisis Freudian, analisis Jungian, analisis transaksional Eric Berne, terapi rasional-emotif Albert Ellis, konseling non-direktif Rogers, terapi Gestalt dari Fritz Perls, logoterapi Viktor Frankl, dll.

g. Menurut teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi, misalnya narkoterapi, hypnoterapi, terapi musik, psikodrama, terapi permainan dan peragaan (play therapy), psikoterapi religius, dan latihan meditasi.

h. Yang belum disebutkan dalam pembagian di atas namun akhir-akhir ini banyak dipakai antara lain: konseling, terapi interpersonal, intervensi krisis.

Sumber :
Palmer Stephen, konseling dan psikoterapi. 2010

http://www.psikoterapis.com/?en_apa-itu-psikoterapi

Pengertian dan Bentuk Psikoterapi

PSIKOTERAPI

Dalam perspektif bahasa, psikoterapi berasal dari kata Psyche dan therapy. Kata psyche berarti jiwa, sedangkan therapy yang berarti penyembuhan. Jika digabungkan psikoterapi mempunyai arti penyembuhan jiwa.Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalamtatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dalamkehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran.

Sejak berabad yang lalu, para ahli telah menyadari bahwa psikoterapi berperan penting pada penyembuhan gangguan-gangguan pikiran dan perasaan, dan dokter berperan penting dalam hal itu (A healer is a person to whom a sufferer tells things; and out of his or her listening, the healer develops the basis for therapeutic interventions. The good listener is the best physician for those who are ill in thought and feeling).  Oleh karena itu dahulu psikoterapi sering disebut sebagai the talking cure. Psikoterapi diterima sebagai ilmu dan ketrampilan tersendiri, sebagai pengembangan lebih lanjut dari prinsip-prinsip the talking cure tersebut, oleh karena terdiri atas teknik-teknik dan metode khusus yang dapat diajarkan dan dipelajari.             

            Secara non spesifik, psikoterapi dapat menambah efektivitas terapi lain; sebagai suatu yang spesifik atau khusus, sebagaimana telah disebutkan di atas, psikoterapi merupakan rangkaian teknik yang digunakan untuk mengubah perilaku (catatan: teknik merupakan rangkaian tindakan yang dibakukan untuk mendapatkan perubahan tertentu, bukan urutan perubahan alamiah, sehingga harus dilatih untuk mencapai ketrampilan optimal). Dengan psikoterapi, seorang dokter akan dapat memanfaatkan teknik-teknik untuk meningkatkan hasil yang ingin dicapainya. Bila seorang dokter tidak mengerti atau memahaminya, sebetulnya bukan hanya tidak akan menambah efektivitas terapinya, melainkan setidaknya dapat menghindarkan hal-hal yang dapat merugikan pasiennya.

Dalam praktek, psikoterapi dilakukan dengan percakapan dan observasi. Percakapan dengan seseorang dapat mengubah pandangan, keyakinan serta perilakunya secara mendalam,dan hal ini sering tidak kita sadari. Beberapa contohnya, antara lain seorang penakut, dapat berubah menjadi berani, atau, dua orang yang saling bermusuhan satu sama lain, kemudian dapatmenjadi saling bermaafan, atau, seseorang yang sedih dapat menjadi gembira setelah menjalani percakapan dengan seseorang yang dipercayainya. Bila kita amati contoh-contoh itu, akan timbul pertanyaan, apakah sebenarnya yang telah dilakukan terhadap mereka sehingga dapat terjadi perubahan tersebut. Pada hakekatnya yang dilakukan ialah pembujukan atau persuasi. Caranyadapat bermacam-macam, antara lain dengan memberi nasehat, memberi contoh, memberikan pengertian, melakukan otoritas untuk mengajarkan sesuatu, memacu imajinasi, melatih, dsb.Pembujukan ini dapat efektif asal dilakukan pada saat yang tepat, dengan cara yang tepat, olehorang yang mempunyai cukup pengalaman. Pada prinsipnya pembujukan ini terjadi dalamkehidupan sehari-hari, dalam berbagai bidang, dan dapat dilakukan oleh banyak orang

DEFENISI

Psikoterapi merupakan sarana untuk memeriksa pikiran yang bersifat disfungsional, perasaan, dan perilaku dengan tujuan untuk mengubah pikirian dengan interaksi yang sistematisantara klien dan terapis dengan menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantumenghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran, dan perasaan klien dan membantu klienmengatasi tingkah laku yang abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidupnyasehingga klien dapat berkembang sebagai seorang individu.

PRINSIP PRINSIP UMUM PSIKOTERAPI
Psikoterapi dilakukan dengan cara percakapan atau wawancara (interview). Dalam suatuwawancara, tidak dapat dipisahkan antara sifat terapeutik dan penegakan diagnosis. Biasanya, pertanyaan  yang diajukan mengandung kedua aspek tersebut, yaitu untuk mengoptimalkan hubungan interpersonal dengan pasien (sifat terapeutik), dan untuk melengkapi data dalam usaha menegakkan diagnosis. Dalam melakukan psikoterapi, wawancara harus lebih mengutamakan aspek terapeutiknya, data yang diperlukan akan berangsur terkumpul dengan kian membaiknya hubungan interpersonal yang terjalin antara dokter dengan pasiennya, sehingga berartinya suatu wawancara tergantung dari sifat hubungan terapis dengan pasiennya tersebut.

Dalam melakukan wawancara, hendaknya kita juga melakukan observasi secara menyeluruhdengan teliti. Sambil mengajukan pertanyaan, kita juga mengamati dan turut serta (sebagai participant observer ) dalam proses yang sedang berlangsung pada saat dan situasi tersebut (“thehere and now”). Yang kita amati yaitu : apa yang terjadi pada pasien, apa yang terjadi pada pewawancara atau terapis sendiri, serta apa yang terjadi di antara terapis dan pasiennya. Dalam berhadapan dengan pasien, dokter atau terapis mempengaruhi pasien dengan sikap dan perkataannya, dari menit ke menit, saat ke saat. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan sebetulnya bukan hanya apa yang kita bicarakan, tetapi juga bagaimana cara kita melakukannya, kapan (saatatau waktu yang tepat) kita mengungkapkan hal tertentu yang ingin kita sampaikan,dan bagaimana hubungan antara si penolong (dokter atau terapis) dan yang ditolong (pasien) tersebut.Hal-hal tersebut dapat membuat pasien menjadi lebih tenang atau sebaliknya menjadi tegang,lebih terbuka atau tertutup, lebih percaya atau pun curiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa selalu ada pengaruh terapeutik maupun kontraterapeutik, dan tidak pernah netral sama sekali.

JENIS JENIS PSIKOTERAPI
Menurut konsep teoretis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi dapat dibedakan menjadi: psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental-emosional dianggap teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi), psikoterapi kognitif, psikoterapi analitik,dinamik,intrapersonal,dan humanistik . Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar padateori belajar, sedangkan psikoterapi dinamik berdasar pada konsep-konsep psikoanalitik Freuddan pasca-Freud.

Psikodinamik (psikoanalitik) psikoterapi

 Adalah di mana seorang terapis psikoanalisisakan mendorong klien untuk mengatakan apa pun yang terjadi melalui pikirannya. HalIni akan membantu klien untuk menyadari makna tersembunyi atau pola dalam apa yang
Klien lakukan atau katakan yang mungkin berkontribusi terhadap masalahnya. Klien akandiberikan waktu untuk berpikir dan berbicara tentang perasaannya tentang diri sendiridan orang lain (terutama keluarga dan orang-orang terdekat). Biasanya klien akanmembahas apa yang terjadi dalam hidup klien saat ini, apa yang telah terjadi di masa lalu, bagaimana masa lalu dapat mempengaruhi bagaimana Anda merasa, berpikir dan berperilaku sekarang.


Adalah suatu bentuk psikoterapi dengan cara membantu kliendalam mengatasi masalah yaitu dengan mengubah cara klien berperilaku. Sebagai contoh,klien mungkin perlu untuk mengatasi rasa takut, atau fobia. Terapis akan membantu kliensecara bertahap, dengan menggunakan lebih banyak waktu untuk situasi yang sedangklien rasakan, seperti rasa takut, penggunaan waktu yang lebih lama akan membantuklien merasa lebih nyaman dan santai dalam terapi ini.

Terapi kognitif analitis
Adalah suatu bentuk pengobatan di mana seorang terapismembantu pasien untuk memahami hal-hal yang tidak beres di masa lalunya danmengeksplorasi bagaimana untuk memastikan bahwa mereka tidak bersalah pada waktuyang akan datang.

Terapi interpersonal
Adalah suatu bentuk psikoterapi untuk pengobatan untuk depresi.Hal ini bertujuan untuk membantu klien untuk memahami bagaimana masalah yangdihadapinya, dan membantu klien untuk mengetahui bagaimana memperkuat hubunganantar sesama dan menemukan bagaimana cara yang lebih baik untuk mengatasimasalah

Terapi humanistik 

  Adalah suatu bentuk psikoterapi yang berfokus untuk mengenalikemampuan manusia dalam bidang-bidang seperti kreativitas, pertumbuhan pribadi, dan pilihan. Tujuan utamanya adalah untuk mencari tahu bagaimana individu memandangdiri mereka sendiri dan untuk mengenali pertumbuhan, pengarahan diri sendiri, dantanggung jawab. Metode ini membantu klien dalam upaya untuk mengenali kekuatanmereka dengan pengalaman dan pemahaman.

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi terbagi atas : psikoterapi suportif, psikoterapi reedukatif, dan psikoterapi rekonstruktif


A. Terapi supportive 
Suatu terapi yang tidak merawat atau memperbaiki kondisi yang mendasarinya, melainkan meningkatkan kenyamanan pasien. 
     Penyembuhan Supportif (Supportive Therapy)
          Merupakan perawatan dalam psikoterapi yang mempunyai tujuan untuk :
·         Memperkuat benteng pertahanan (harga diri atau kepribadian)
·         Memperluas mekanisme pengarahan dan pengendalian emosi atau kepribadian
—  Pengembalian pada penyesuaian diri yang seimbang.
Ø  Penyembuhan supportif ini dapat menggunakan beberapa metode dan  teknik pendekatan, diantaranya :
o   Bimbingan (Guidance)
o   Mengubah lingkungan (Environmental Manipulation)
o   Pengutaraan dan penyaluran arah minat
o   Tekanan dan pemaksaan
o   Penebalan perasaan (Desensitization)
o   Penyaluran emosional
o   Sugesti
o   Penyembuhan inspirasi berkelompok (Inspirational Group Therapy)

B.   Penyembuhan Reedukatif (Reeducative Therapy)
          Suatu metode pnyembuhan yang mempunyai bertujuan untuk mengusahakan penyesuaian kembali, perubahan atau modifikasi sasaran/tujuan hidup, dan untuk menghidupkan kembali potensi. Adapun metode yang dapat digunakan antara lain :
·           Penyembuhan sikap (attitude therapy)
·           Wawancara (interview psychtherapy)
·           Penyembuhan terarah (directive therapy)



C.     Penyembuhan Rekonstruktif (Reconstructive Therapy)
          Penyembuhan rekonstruktif mempunyai tujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik yang tidak disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan untuk perluasan pertunbuhan kepribadian dengan mengembangkan potensi. Metode dan teknik pendekatannya antara lain :
·           Psikoanalisis
·           Pendekatan transaksional (transactional therapy)
·           Penyembuhan analitik berkelompok


Minggu, 09 Maret 2014

PERBEDAAN KONSELING DAN PSIKOTERAPI

Konseling adalah proses bantuan yang diberikan kepada klien dalam bentuk hubungan terapeutik antara konselor dank lien agar klien dapat meningkatkan kepercayaan diri dan penyesuain diri atau berperilaku baru sehingga klien memperoleh ketenangan jiwa.
Pengertian konseling meurut surya ( dalam psikologi konseling) adalah penekanan pada konsep diri dan kepercayaan diri guna memperbaiki tingkah laku . pengertian lebih luas konseling adalah sebagai bantuansecara tatap muka antara konselor dan klien dengan usaha yang dilakukan berdasarkan norma – norma yang berlaku agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayan demi untuk memperbaiki tingkah laku pada saat ini dan masa yang akan datang. Konseling dapat didefinisikan juga bantuan berupa hubungan yang unik dan manusia berdasarkan keahlian konselor . selain itu konseling bertujuan agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam rangka memperbaiki tingkah laku saat ini dan masa yang akan datang.
Aspek – aspek penting dalam suatu konseling meliputi:
1.      Konseling sebgai suatu proses
Adanya proses yang dilakukan oleh klien dengan konselor dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh klien .
2.      Konseling sebagai hubungan terapeutik
Hubungan antara konselor dan klien merupakan hubungan terapeutik yang berusaha mencari penyembuhan masalah klien  dengan adanya keterbukaan , kepercayaan , penghargaan dan empati.
3.      Konseling merupakan usaha bantuan
Proses konseling merupakan usaha bantuan klien . bantuan tersebut berupa pemahaman diri , penyesuaian diri ,  peningkatan kepercayaan diri, pembentukan perilaku dasar  dan peningkatan keterampilan tertentu.
4.      Konseling mengarahkan tercapainya tujuan klien
Tujuan konseling bagi klien adalah terselesaikannya masalah yang dihadapi klien dan memberikan kebahagian atau ketenangan jiwa klien serta terhindarnya seseorang masalah – masalah yang mengganggu perasaan dan pikiran .
5.      Konseling mengerahkan kemandirian klien
Setelah tujuan konseling tercapai atau diperelohnya solusi masalah yang dihadapi , klien diharapkan dapat mandiri dalam menyelesaikan masalah selanjutnya . artinya ketergantungan kepada konselor perlu dihentikan karena klien sudah mencapai tahap terminasi dalam proses konseling. Kemandirian klien ditandai dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan berinteraksi sosial.

 Selain itu peran konselor dalam setting konseling cukup besar maka dipelajari juga bagaimana seharusnya konselor berperilaku dan memperlakukan klien agar tujuan konseling tercapai.


  Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara dan teknik-teknik bimbingan yang lain oleh seorang ahli (konselor) kepada individu atau kelompok individu yang sedang mengalami masalah (klien) yang bertujuan pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

         Konseling mempunyai banyak definisi yang banyak dijumpai dalam berbagai literature bimbingan dan konseling, diantaranya dari Patterson (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996). Mengemukakan bahwa   konseling adalah proses yang melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang terapis dengan satu atau lebih klien, dimana terapis menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan klien.

         Edwin C. Lewis (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) mendifinisikankonseling sebagai suatu proses dimana yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi untuk merasa dan berprilaku lebih memuaskan melalui interaksi dengan seorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan perilaku-prilaku yang memungkinkan berhubungan lebih efektif dengan dirinya dan lingkungan.
         APGA (the American Personnel and Guide Association) mendefinisikankonseling sebagai suatu hubungan antara seseorang yang terlatih secara profesional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan ( Nugent dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996)

         APA (the American Psychological Association) merumuskan definisikonseling sebagai bekerja dengan individu-individu atau kelompok-kelompok yang berkaitan dengan masalah-masalah pribadi, sosial, pendidikan dan vokasional (bersangkutan dengan bimbingan kejuruan).


2.      Ciri-ciri Pokok Konseling

a.        Konseling menuntut dilaksanakannya oleh seorang konselor yang professional, kompeten dalam menangani konflik-konflik, kecemasan-kecemasanatau masalah yang berkaitan dengan keputusan-keputusan pribadi, sosial, karier dan pendidikan serta cirri-ciri pribadi yang akan memungkinkannya memahani proses-proses psikologi dan dinamika perilaku pada diri klien dan konselor, maupun hubungan antar keduanya.

b.        Konseling melibatkan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung maupun tidak langsung mengemukakan dan memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakan-gerakan isyarat, pandangan mata dan gerakan-gerakan lain dengan maksud meningkatkan pemahaman kedua belah pihak yang terlibat dalam interaksi itu.

c.        Model interaksi dalam konseling tidak terbatas dalam dimensi  verbal saja tetapi juga telah dikembangkan model interaksi konseling non verbal.
d.        Interaksi antar konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang relativelama dan terarah pada pencapaian tujuan.

e.        Tujuan dari proses konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien.

f.         Konseling merupakan proses yang dinamis.

g.        Konseling didasari atas penerimaan konselor secara wajar tentang diri klien.


3.      Tujuan Konseling

a.      Corey (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) mengelompokan tujuan-tujuan konseling menjadi :  
ü   Reorganisasi kepribadian
ü   Menemukan makna dalam hidup
ü   Penyembuhan ganguan emosional
ü   Penyesuaian terhadap masyarakat
ü   Pencapaian aktualisasi (perwujudan) diri
ü   Peredaan kecemasan
ü   Penghapusan perilaku maladaptif (sulit untuk menyesuaikan diri)
ü   Belajar pola-pola perilaku adaptif

b.      Shertzer dan stone (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) membuat pengelompokan yang lebih sederhana mengenai tujuan konseling, meliputi :
ü   Perubahan Perilaku
ü   Kesehatan mental yang positif
ü   Pemecahan masalah
ü   Keefektifan pribadi
ü   Pengambilan keputusan

4.      Fungsi Konseling

         Hatcher (dalam abimanyu dan Manrihu,1996) menggolongkan fungsi konseling menjadi 3 yaitu :

a.        Fungsi Remidral atau Rehabilitasi
Berfokus pada penyesuaian diri, menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi, mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional.

b.        Fungsi Edukatif atau Pengembangan
Intinya adalah membantu orang-orang untuk meningkatkan ketrampilan-ketrampilan dalam kehidupan, mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup, membantu meningkatkan kemampuannya mengahadapi transisi (peralihan) dalam kehidupan.

c.        Fungsi Preventif
Maksud fungsi ini meliputi pengembangan strategi-strategi dan program-program yang dapat digunakan untuk mencoba mengantisipasi dan mengelakkan resiko-resiko yang tidak perlu terjadi.


5.      Prinsip-prinsip Konseling

         Prinsip-prinsip konseling merupakan pedoman yang digunakan untuk melaksanakan konseling, meliputi :

a.        Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan sasaran konseling
Sasaran konseling adalah perkembangan dan perikehidupan indivdidu, baik secara perorangan maupun kelompok, terutama sikap dan tingkahlakunya
Ø   Konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama dan status sosial ekonomi.
Ø   Konseling berurusan dengan sikap dan tingkahlaku  individu yang komopleks dan unik.
Ø   Untuk mengoptimalkan pelayanan konseling maka proses konseling perlu mengenali dan memahami keunikan individu dengan kekuatan, kelemahan dan permasalahannya.
Ø   Pelayanan konseling yang bertujuan mengembangkan penyesuaian individu terhadap segala bidang harus mempertimbangkan aspek perkembangan individu.

b.      Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan masalah individu.
         Pelayanan konseling hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal tersebut adalah :
Ø   Konseling pada umumnya terbatas pada hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dengan lingkungan , ataupun sebaliknya.
Ø   Setiap individu mempunyai masalah yang berbeda-beda, maka pemberian bantuannya juga akan berbeda-beda.

c.      Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan
Ø   Konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan
Ø   Program konseling harus fleksibel
Ø   Program pelayanan konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan
Ø   Pelaksanaan konseling hendaknya dinilai secara teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh.


d.      Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan
Ø   Tujuan akhir konseling adalah kemandirian setiap individu (klien)
Ø   Dalam proses konseling, keputusan yang diambil dan apa yang akan dilakukan oleh klien hendaknya atas kemauan klien sendiri
Ø   Permasalahan khusus yang dialami oleh klien harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan khusus tersebut (alih tangan kasus)
Ø   Konseling adalah pekerjaan professional, jadi harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang memperoleh pendidikan dan latihan dalam bidang bimbingan dan konseling.
Ø   Guru dan orangtua memiliki tanggungjawab yang berkaitan dengan layanan konseling
Ø   Untuk mengelola layanan konseling dengan baik dan sejauh mungkin memenuhi tuntutan individu, program pengukuran dan penilaian terhadap individu hendaknya dilakukan dan himpunan data yang memuathasil pengukuran dan penilaian itu dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik.
Ø   Penilaian secara periodic perlu dilakukan terhadap pelaksanaan konseling yang sedang atau telah berjalan.

e.      Prinsip-prinsip konseling disekolah
Ø   Konselor harus mempunyai kariernya sejak awal dengan program kerja yang jelas, dan memliki persiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut.
Ø   Konselor harus selalu mempertahankan sikap professional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan personel sekolah  lainnya dan siswa.
Ø   Konselor bertanggungjawab untuk memahami perannya sebagai konselor professional dan menterjemahkan peranya itu dalam kegiatan nyata.
Ø   Konselor harus bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah, memberikan perhatian dan peka terhadap kebutuhan, harapan dan kecemasan-kecemasannya.

6.      TIPE-TIPE KONSELING

         Tipe-tipe konseling dari segi waktu penanganan, yaitu proses pemecahan masalah klien, dimanamungkin waktu segera atau relative panjang.

a.        Konseling Krisis
Krisis dapat diratikan sebagai suatu keadaan disorganisasi dimana klien sangat memerlukan bantuan untuk menghadapi frustasi dalam upaya mencapai tujuan penting hidupnya atau mengalami gangguan dalam perjalanan hidup dan hal itu akan ditanggapi dengan stress. Jadi konseling krisis adalah upaya pemberian bantuan dengan segera kepada klien yang mengalami gangguan emosional berat (stres) dengan bertujuan teratasinya masalah yang dihadapi.

b.        Konseling Fasilitatif (Remedial/Adjustive)
Konseling Fsilitatif  dilihat dari segi tinjauan bahasan, merupakan proses pemberian bantuan kepada klien untuk menjadikan jelas permasalahan yang dihadapi dan selanjutnya bantuan dalam pemahaman dan peneriaman diri, penemuan rencana tindakan dalam mengatasi masalah serta melaksanakan itu dengan tanggungjawab sendiri.

c.        Konseling Preventif
Konseling Preventif yang dibahas disini, dalam hal bahwa ia terutama bersifat progmatis sebagaimana program yang dipruntukan bagi klien khusus.

        
d.        Konseling Developmental
         Konseling Developmen merupakan suatu proses berkelanjutan yang dijalankan dalam seluruh janka kehidupan individu. Ini berfokus pada membantu para klien mencapai pertumbuhan pribadi yang positif dalam berbagai tahap kehidupan mereka.

7.      DASAR-DASAR ETIKA KONSELING

         Setiap  pekerjaan atau karier yang bersifat professional pasti memiliki seperangkat aturan dan pedoman pelaksanaan yang disebut dasar etika. Demikian pula konseling sebagai suatu pekerjaan professional, juga memiliki dasar-dasar etika yang meliputi tanggungjawab, sikap kemandirian dan profesionalisme. Dasar-dasar etika konseling tersebut adalah

a.        Kesukarelaan Klien
Dalam hal ini, konselorperlu mengetahui apakah klien datang dengan sukarela atau tidak karena besar manfaatnya dalam hubungan konseling sehingga keterlibatan diri klien secaar lebih efektif dalam proses konseling akan terwujud, dan keterbukaan diri klien akan memberi kesan positif didalam hubungan yang bersifat membantu itu.

b.        Kerahasian Klien
Kerahasian klien berarti tidak membocorkan keterangan yang telah diekspresikan oleh klien dalam hubungan konseling. Kerahasiaan yang sepenuhnya jarang sekali terjadi, hal ini biasanya disebabkan informasi tertentu didalam diskusi, dan pertukaran informasi ataumungkin pula disebabkan adanya keinginan-keinginan dari klien itu sendiri untuk memberikan keterangan-keterangan mengenai dirinya kepada orang lain. Biasanya, klien bersedia mengungkapkan keterangan-keterangan tentang suasana dirinya sendiri yang didasarkan atas kepercayaan kepada konselor dan keyakinannya bahwa dengan membuka diri sedemikian maka bantuan yang diharapkan akan dapat diperoleh.

c.        Keputusan oleh Klien Sendiri
Pada dasarnya peran konselor dalam proses konseling adalah pengarah dan bukan penentu keputusan dari permasalahan yang dialami oleh klien. Klien yang telah mengemukakan panjang lebarnya masalahnya kepada konselor diharapkan pada bagian akhir wawancara konseling, klien sendiri dapat memilih dan menentukan keputusan mengenai jalan keluar atau pemecahan masalahnya, setelah mempertimbangkan dengan cermat kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan berbagai alternative pemecahan yang ada.

d.        Aspek Sosial Budaya dan Nilai
Dalam hubungan konseling, konselor dituntut untuk sadar akan aspek-aspek sosial budaya dan nilai-nilai pihak klien.


PERSAMAAN KONSELING DENGAN PSIKOTERAPI

1.        Tujuan-tujuan konseling dan psikoterapi adalah sama yaitu eksplorsasi diri, pemahaman diri dan perubahan tindakan atau perilaku.
2.        Konseling dan psikoterapi bertujuan pula mencoba menghilangkan tingkah laku merusak diri (self defeating) pada klien.
3.        Baik konseling maupun psikoterapi memberi penekanan pentingnya perkembangan pembuatan keputusan dan keterampilan pembutan rencana oleh klien.
4.        Pentingnya saling berhubungan antara klien dankonseling ataupun psikoterapis disepakati sebagai suatu bagian integral dalam proses konseling ataupun psikoterapis.

   PERBEDAAN KONSELING DENGAN PSIKOTERAPIS

1.        Konseling dan psikoterapi dipandang berbeda dari lingkup pengertian antara keduanya.
2.        Konseling berfokus pasa masalah pengembangan, pendidikan dan pencegahan pada klien. Sedangkan psikoterapi lebih memfokus pada masalah penyembyhan, penyesuaian dan pengobatan.
3.        Konseling dijalankan atas dasar (dijiwai) oleh falsafah atau pandangan terhadap manusia, sedangkan psikoterapi  dijalankan berdasarkan ilmu atau teori kepribadian dan psikopatologi.

Sumber
Prof . Dr zulfan saam , psikogi konseling

Palmer Stephen , konseling dan psikoterapi